Majelis Dzikir Qolbu "Al-Hikmah"

Selamat datang di Majelis Dzikir Qolbu "Al-Hikmah". 

Belajar ilmu hikmah dimasyarakat sering disebut  ngelmu hikmah, sebelum seseorang menjadi ahli hikmah maka ia harus melewati beberapa tahap terlebih dahulu. menurut kyai ahli hikmah tahap paling awal adalah mengkaji dan mengaji Al Qur’an sebab inti dari sumber-sumber ilmu hikmah berasal dari alqur’an. Seseorang diharuskan memahami ayat-ayat Al Qur’an, mengkaji maknanya dan mengamalkan isinya. Setelah itu barulah dicoba menangkap hikmahnya (nilai magisnya) yang terkandung didalamnya. Setelah mengkaji Al Qur’an seseorang juga harus menguasai ilmu aqidah atau ilmu tauhid (sebagai pondasi keimanan agar tidak tergelincir kepada kemusyrikan), ilmu fiqih atau hukum syareat islam (sebagai pondasi ibadah yg benar), ilmu nahwu,sorof dan tajwid (agar tidak salah dalam membaca Al Qur’an), ilmu tasawuf dan ahlakul karimah (sebagai fondasi dalam berhubungan dengan sesama mahluk ciptaan tuhan dari golongan manusia, jin atau malaikat). ilmu-ilmu tersebut merupakan pondasi yang harus dimiliki oleh seorang ahli hikmah. Setelah semuanya terpenuhi barulah proses pembelajaran ilmu hikmah dapat dijalankan. seorang ahli hikmah sering juga disebut kyai hikmah, kyai menempati posisi tertinggi dalam hierarki pelaku ilmu hikmah, sebab kyai hikmah sendiri mempunyai pondasi yang kuat dalam ilmu agama (ilmu keislaman). Berbeda dengan seseorang yg belajar ilmu hikmah tapi tidak disertai dengan belajar ilmu agama (tauhid, fiqih, nahwu, tasawuf dll.) mereka disebut sesepuh, orang pintar, dukun atau paranormal. 
Dikalangan para ahli hikmah mereka mengenal berbagai macam kitab hikmah yang disusun oleh ulama-ulama terdahulu salah satunya kitab yang cukup terkenal yaitu kitab syamsul ma’arif dan mamba’u ushulul hikmah yang disusun oleh syeikh ahmad ali albuuni.
Dua kitab ilmu Hikmah yang dikarangan oleh Syeikh Ahmad bin Ali al-Buuni merupakan kitab yang sangat populer. Beliau orang yang diberi kelebihan oleh Allah s.w.t untuk menguak misteri huruf, mutiara-mutiara dan rahasia-rahasia yang ada di dalam Al-Quran dengan maksud untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Al-Quran bukan semata untuk dibaca dan diambil fatwanya, atau diambil sebagai obat hati dalam akidah dan hukum-hukumnya, tapi juga mengandung keistimewaan yang luar biasa.
Ilmu yang termuat dalam kitab ini bukanlah ilmu biasa, tetapi ilmu spesial yang hanya layak diketahui oleh kalangan tertentu.  Al-Buuni membuat semacam “pagar” tertentu agar kitab ini tidak jatuh pada tangan yang tak tepat atau orang yang tak kompeten. Tak heran kitab ini, di kalangan santri di pesantren dulu, memiliki aura mistis yang membuatnya “angker”sangat wingit. Dalam pembukaan kitab ini, misalnya, Syekh al-Buuni dengan tegas membuat semacam “pernyataan” berikut ini: haram bagi siapa saja yang mendapatkan naskah kitab saya ini untuk memberi tahu kepada orang yang tak siap untuk menerima dan memahami isinya, atau menceritakan isi kitab itu di tempat yang kurang layak. Layakkah kalau isi kitab ini disebarkan di internet? Sedangkan kebanyakan yang melihatnya orang awam atau tidak tahu tentang syareat islam (tidak pernah mesantren).
Dalam tradisi Islam klasik, tampaknya terdapat suatu pandangan bahwa ada ilmu-ilmu tertentu yang harus disembunyikan dan hanya layak diberikan kepada orang-orang tertentu yang sudah memenuhi syarat tertentu. Pandangan semacam ini saya kira tidak hanya khas Islam, tapi juga ada pada beberapa masyarakat tradisional yang lain. Saya ingin menyebut hal ini sebagai “kosmologi mistis-feodal“.
Aura “kesucian” kitab ini juga ditandai dengan beberapa hal lain. Dalam halaman yang sama, misalnya, Syekh Ali al-Buni mengatakan bahwa siapapun tak boleh “menyentuh “kitabnya ini kecuali dalam keadaan suci (wa la tamussahu illa wa anta thahirun). Ilmu yang termuat dalam kitab ini bukan ilmu biasa, tetapi ilmu yang sangat khusus, dan karena itu harus diperlakukan secara khusus pula.
Lewat beberapa nukilan ilmu Hikmah, Imam al-Būnī dalam kitabnya, menerangkan : “Untuk bisa mencapai ilmu supranatural secara benar dan bisa dibuktikan akan hasilnya seorang ritualis harus bisa memahami segala isi ilmu yang terkandung di dalamnya baik berupa tata cara puasa, berzikir dan pendalamannya”. bagi orang yang percaya tentang amalan ilmu hikmah silahkan pelajari tapi niat hanya karena Allah semata dan bagi orang yang tidak percaya tentang ilmu hikmah jangan mempelajarinya karena akan membawa mudorot nantinya. Diantara pendalaman ilmu supranatural yang harus diketahui adalah sebagai berikut :

1. Mudawamah al-Zikr / Istiqomah Dalam Berzikir.
Dalam pembedaran ini seorang ritualis dituntut untuk selalu menjaga wiridannya secara istiqomah     di setiap malam harinya. Sebab untuk bisa merasakan manfaat ilmu yang sedang dijalaninya,  seorang ritualis harus bisa memilah peraturan apa yang harus dipilih dalam hal berzikir. Inilah tingkatan zikir menurut hukum para Ahli Hikmah :
a. Zikir Umum (maksimal 2 jam dalam satu dudukan). Tahapan ini membutuhkan waktu 4 tahun untuk bisa merasakan manfaatnya ilmu.
b. Zikir Khusus (maksimal 5 jam dalam satu dudukan). Tahapan ini membutuhkan waktu 2, 5 tahun untuk bisa merasakan manfaatnya ilmu.
c. Zikir Khususul Khusus (maksimal 7 atau 9 jam dalam satu dudukan). Tahapan ini membutuhkan waktu 41 hari untuk bisa merasakan manfaatnya ilmu.
2. Tarkunnafsi / Meninggalkan Adat Kebiasaan.
Mengulas arti tarkunnafsi menurut Imam Al-Buuni adalah : “Merubah segala kebiasaan hidup kita dengan jalan meniru kebiasaan para Ahlillah dengan kata lain mengendalikan nafsu badan lewat berbagai aktifitas tirakat seperti menahan lapar dengan cara berpuasa dan memakan makanan yang halal, menjauhi tidur/sedikit tidur, menahan mulut dari banyaknya bicara yang kurang bermanfaat di ganti dengan banyak berdzikir dan lain sebagainya”. meninggalkan adat kebiasaan merupakan jalan pembuka khawariqul adat (pintu kekeramatan).


3. Sidq al-Qalbi / Kejujuran Hati ( Akhlakul karimah )
Sebagai seorang supranaturalis ilmu Al-Hikmah, kejujuran dan kebersihan hati adalah kunci utama dalam hal penataan ilmu yang sedang dijalaninya. Mereka harus menjaga rasa dan pikirannya dari sifat berandai-andai,pikiran jorok/ negatif, ingin jadi orang sakti , ingin di puji, supaya terkenal ,sombong , was-was, sakit hati, dendam, suka menghina, suka menghujat, suka mencemooh, buruk sangka, mengadu domba, suka menuduh tanpa bukti yg jelas, iri dengki, dolim  dan lain-lain. Sebab bagaimana pun kuatnya batin seorang supranaturalis, apabila sifat tadi telah bersarang dan tidak secepatnya dibuang, maka lambat laun ilmu yang sudah menyatu dengan tubuhnya akan sirna dengan sendirinya, malah bisa menimbulkan gangguan kejiwaan. Seperti halnya di zaman sekarang, ilmu supranatural banyak dicari kerana berbagai faktor dan tujuan. Namun untuk memperdalam ilmu ini belum tentu semua berhasil meraihnya. Bagi seorang yang ingin memperdalam ilmu Al-Hikmah, maka kesabaran dan kedisplinan serta kesucian harus selalu terjaga. selain itu  banyaknya kegagalan biasanya dari faktor setengah-setengah dalam menjalani suatu ilmu.Diantara yang menjadi penyebab kegagalan lainnya adalah kerana kurangnya bimbingan dari guru yang mumpuni atau belajar tanpa guru.
Nah, untuk bahan pertimbangan para pencinta ilmu supranatural, kami akan membedarkan 3 tingkatan perjalanan ilmu supranatural, dimulai dari tingkat terendah. Inilah tahapannya :
1. Tingkat Rendah : Syak / Khayalan.
Lewat pengulasan para Ahli Hikmah, Syak/ Khayalan, sangatlah mengganggu dalam perjalanan seorang supranaturalis, mereka akan mudah dirasuki oleh bangsa jin hitam yang menyesatkan pola pikir kita. sebaliknya di jaman sekarang banyak ilmu yang menggunakan hayalan atau gambaran , biasanya ilmu ini bersumber dari luar seperti reiki dan pembukaan chakra yg berasal dari agama hindu dan budha , atau hipnotis yg berasal dari ilmu sihir mesir kuno, ilmu yg menggunakan mantra2 siluman  dll. Sedangkan menurut para ahli sufi, syak atau khayalan diartikan sebagai suatu kebohongan batin.
Lantas apa sesungguhnya definisi dari arti syak/khayalan tersebut? Inilah arti sesungguhnya : “Banyaknya berandai-andai atau suka berkhayal ke suatu tujuan tanpa di dasari semangat lahiriah. Seperti contoh, selalu mengelamun menjadi orang sakti, punya kelebihan yang menonjol,tapi dalam kenyataannya mereka hanya berharap-harap tanpa disertai dengan usaha keras. akhirnya setan merasuki pikiran dan mempengaruhi alam bawah sadarnya.sehingga ketika ibadah puasa, mengamalkan wirid dan dzikir menjadi tidak ikhlas niatnya hanya ingin sakti saja. akibatnya jadi banyak orang sakti yg di ruqiyah karena yg membantu ia sakti adalah setan. lalu ia menyalahkan ilmu hikmah asli islami padahal dia sendiri yg salah. pepatah menyatakan jiwa mencari jiwa , yang suci di sukai yg suci, jiwa yg kotor di sukai mahluk yg kotor, inilah pentingnya akidah keimanan serta ilmu agama dalam mempelajari ilmu hikmah. Pendapat lain, kurangnya bimbingan dari seorang guru yang mumpuni sehingga ketidak teraturan dalam penangkapan ilmu supranatural dan tidak menjadikannya luas dalam berfikir. Sifat seperti ini menurut para ahli hikmah dan ilmu sufi wajib dijauhkan dari diri seorang spiritualis. Mengapa? Kerana arti supranatural secara hakikatnya adalah mendalami dan menghayati salah satu Af’alulloh lewat rasa ruhaniah.
Dari pedoman arti supranatural tadi sudah jelas sekali bahwa penyelarasan antara lahiriah dan batiniah harus seimbang hingga mewujudkan suatu ilmu bisa tercapai kalau bisa tanpa adanya campur tangan dari makhluk lain. Dengan arti lain jangan sampai golongan jin hitam merasuki otak kita lewat tipu daya sehingga kita bisa tersesat sampai keluar dari jalur syariat Islam. Naudzu billahi minzalik.kita juga harus berhati-hati terhadap sebuah isyarah, bisikan atau mimpi bertemu para sesepuh ghoib. seorang waliyullah syeikh hasan as-syadili ra , berkata : apabila kamu mendapatkan ilham, kasyaf atau isyarah tapi tidak sesuai dengan ajaran kitab al-qur’an, sunah nabi, dan ijma’ para ulama sebaiknya tinggalkanlah. Mimpi/isyaroh seperti ini jangan sekali-kali dijadikan pegangan hidup bahkan harus dijauhi dari khayalan pikiran kita.
Dari kitab Tafsir Qowi dijelaskan, selain para nabi dan waliyullah kamil, arti mimpi apapun bentuknya adalah ziadatuttaqwa (jalan untuk selalu menambah arti ketaqwaan) kecuali kalau bermimpi bertemu para ahlillah, para nabi, para sahabat dan para malaikat semua wajib disyukuri dan dipatuhi apapun ucapannya kerana mimpi seperti ini benar adanya.
Menurut Imam Ibnu Muqotil, bangsa syaitan akan terus menyesatkan anak cucu Nabi Adam a.s. Satu diantaranya lewat ilmu sihir dan sebuah mimpi. Syaitan akan menyerupai siapa pun yang sedang digandrunginya baik menyerupai dedengkot orang sakti, linuwih dan lain-lain. Syaitan akan terus merayu dengan tutur bahasa yang sedemikian halus dengan suatu imaginasi, baik berupa harta kekayaan , kesaktian, jabatan, harta karun dan sebagainya, sehingga orang itu akan menjadi terlena dan takabur.
2. Tingkat Menengah : Ẓan / Antara Nyata Dan Tidak.
Dalam pembedaran Al-Hikmah tingkatan seperti ini sudah bisa dibilang supranaturalis. Ciri orang yang sudah mencapai tingkat ini adalah :
- Selalu mengistiqomahkan wiridan lebih dari 2 jam setiap wiridannya dan sudah melampaui beberapa tahun lamanya.
- Masih punya guru spiritual zahir, sehingga apapun kekurangan dalam suatu ilmu bisa cepat teratasi kerana adanya pengarahan dari Sang Guru tadi.
- Mengenal lebih dari 30% tentang seluk beluk adat istiadat bangsa ghoib sehingga dalam hidupnya banyak diberi/mampu berkomunikasi dengan mahluk gaib, menarik berbagai pusaka dari alam lain sebagai pemberian hibah bukan paksaan atau nyolong dari mahluk gaib.
Cara tingkatan seperti ini menurut para Ahli Hikmah belum dikatakan mumpuni sebab dalam kehidupannya masih ada sifat kadzib (bohong) yaitu masih dirasuki bisikan, isyaroh/mimpi yang kurang baik dari para jin hitam yang menyesatkan. Kunci utama dalam tingkatan ini harus selalu dekat dengan bimbingan Sang Guru mumpuni sehingga apapun perintang dalam menjalankan suatu ilmu bisa dinetralisir dengan keluasan ilmunya.
3. Tingkat tinggi : tahqiq / benar adanya.
Dalam keterangan kitab  Hikmah, tingkat tahqiq tergolong mumpuni dalam hal menguasai ilmu supranatural. Konon orang seperti ini telah diakui kebenaran ilmu dan keikhlasan hatinya. Dalam keterangan ilmu Hikmah lainnya, orang yang sudah mencapai tingkat tahqiq, 60% telah menguasai 3 lapisan dunia lain seperti alam Jin Thurobi dan Alam Barry. Sedangkan menurut Ilmu Tasawuf, Tahqiq di sini terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
(1) Tahqiq Bil Asma’ / Diterimanya Sebuah Amalan.
Secara makna tafsir, orang yang sudah mengistiqomahkan salah satu ayat/ amalan hingga bertahun-tahun lamanya. Dan amalan ini sampai mendarah daging ke tubuh orang yg dimaksud, sehingga ia ikhlas dalam mengamalkannya karena sudah terbiasa, maka Allah s.w.t menerimanya dengan suatu hidayah. Karena melalui ayat inilah ia menjadi dekat dengan Allah sehingga semua doa dan keinginannya akan dikabulkan oleh Allah swt.
(2) Tahqiq Bis Sifat / Diterimanya Sebuah Keyakinan.
Orang yang sudah bertahun-tahun lamanya menjauhkan nafsu badan dengan jalan puasa lepas (tidak makan dan minum) atau menjauhi mata dari rasa ngantuk/tidur seperti puasa melek atau berkelana ke berbagai daerah dengan jalan kaki tanpa sedikit pun mata ini dipejamkan/ditidurkan.ia menempuh jalan spiritualnya dengan berjalan kaki , niat dan tujuannya hanya satu yaitu Allah swt , ada juga yg niatnya untuk mencari ilmu atau guru, dia menempuh perjalanan jauh tanpa membawa bekal sedikitpun atau uang sepeserpun karena dia yakin bahwa Allah maha rahman, maha rahim dan maha pemberi rizqi. Dari riyadhoh seperti ini Allah s.w.t memberikan hidayah dengan perantaraan jin muslim sehingga para waliyullah selalu memberikan apapun yang dia minta, baik dari segi ilmu supranatural, rizqi, keselamatan  maupun isyarah yang nyata dan benar.
Dan yang perlu diketahui  dalam pengamalan suatu ayat atau asma tertentu ada 2 type pengamalan diantaranya :
1. Tabarruk
Yaitu membaca ayat atau asma hanya sebagai sarana memohon berkah dari ayat atau asma tersebut… untuk type ini, TIDAK HARUS menyertakan qosam didalam pengamalannya.. sebagai contoh, misalnya kita mengamalkan asma ALLAH 66 kali setiap habis sholat, karena tidak ada ijazah, ya kita mengamalkannya sebagai tabarruk saja… memohon berkah asma ALLAH.. bilangannya kita ambil dari hisab jumal (arabic numerology)-nya. tidak diperlukan qosam khusus disini.. cukup baca shalawat dan doa setelah wirid asma ALLAH ini..
2. Istikhdam
Yaitu fokus kepada penguasaan khodam ayat/asma tertentu. nah untuk pengamalan type ini mutlak diperlukan tatacara yang khusus.. tidak bisa mengarang-ngarang, harus dengan bimbingan seorang guru, karena ada kaifiyat tertentu dalam pelaksanaannya… misalnya asma ALLAH tadi, ada qosam khususnya…ada aturan waktu pembacaan dan teknik pembacaannya… ada tanda2 ketika khodam sudah hadir… ada tanda2 ketika sudah sepakat antara kita dengan khodam yang bersangkutan datang, dll. jadi, sebuah qosam tidak dapat berdiri sendiri…qosam hanyalah sebagian dari suatu paket istikhdam ayat/ asma tertentu… tanpa kelengkapan lainnya, qosam tidak akan berfungsi sempurna, malah bisa mencelakai pengamalnya.. karena qosam menyangkut pengambilan sumpah dan perjanjian antara kita sebagai pengamal dan sekelompok khodam & arwah yang terlibat dalam asma/ayat tertentu..
Mengenai khadam jangan mencap buruk semuanya, karena khadam kerap menjadi perantara terpenuhinya hajat kita oleh Allah, misalnya saat manjampe dengan ruqyah yang berasal dari Kitabullah, tanpa disadari khadam ayat dan jin muslimlah perantara terkabulnya hajat kita. Hindari istikhdam tanpa bimbingan guru/‘arif billah karena ilmu harus jelas silsilahnya dan muttashil untuk menghindari penyimpangan dan untuk membedakan yang haq dan bathil. Namun sebagai pemula, janganlah mengamalkan istikhdam, bersihkan hati dan perkuat jiwa dulu yang bisa dilakukan dengan mengikuti syareat, thariqah dan riyadhoh. khodam bisa malaikat atau jin/setan, tergantung amalannya semakin kuat tirakat /puasanya, level khodamnya juga makin bagus. nama khodam bisa  saja sama, yg membedakan kualitasnya. fungsinya khodam itu membantu mendo’akan kita. makin tinggi kualitas khodam, makin bagus pula akhlak org tsb,kalau ada ketimpangan (sakit2an, emosi) berarti ada agitasi/ketimpangan energi diantara keduanya ada baiknya sebelum riyadoh suatu ilmu, riyadoh dulu pondasinya, agar kuat nampung ilmu2 lainnya & meminimalkan efek negatif dr suatu ilmu salah satu pondasi ilmu adalah sholawat diantaranya :
SHOLAWAT NURRIDZATI,

BERIKUT INI ADALAH KOMENTAR DARI KH. MUSADDAD TERKAIT KEGAGALAN MENJALANKAN SEBUAH AMALAN ILMU HIKMAH :
1.      AMALAN HENDAKNYA/SEBAIKNYA DITUJUKAN KARENA ALLOH
SWT.
2.      AKTIFITAS SESUATU AMALAN TIDAK LEPAS DARI ASPEK BONUS
DARI SANG ILAHI YANG KEKUATANNYA UNTUK MENCAPAI MARDHOTILLAH.
3.      DENGAN MENDEKATI DIRI KPD ALLOH SECARA ISTIQAMAH,
SESEORANG DIMINTA/TIDAK PASTI TERSINGKAPLAH HIJAB ALAM GHAIB.
4.      PENGERTIAN AMALAN DAN DZIKIR ADALAH INGAT KPD ALLOH
YANG DI AKTUALISASIKAN DG LISAN,HATI, DAN PERBUATAN.
5.      SETIAP KITA MENGAMALKAN SECARA ISTIQAMAH PADA HAQEQAT  NYA MENABUNG ENERGI BATHIN.
6.      METODE DZIKIR DAN BERAMAL SUATU ILMU TIDAK LEPAS DARI
METODE ATAU ATURAN TERTENTU YANG BERFUNGSI MEMBANTU PROSES PENCAPAIAN KEHENINGAN BERTAQARUB KPD ALLOH SWT.
7.      KITA HARUS BANYAK BERTAFAKUR DAN PEKA DALAM MEMBACA ISYARAH  DAN TANDA-TANDA ALAM.
8.      SEORANG YANG SUDAH PANDAI DAN MENGUASAI SESUATU ILMU
           TINGKAT TINGGI BIASANYA PANDAI MEMBACA SITUASI DAN   
           MENGONDISIKAN SUASANA BATHIN.
      9.  TERAKHIR BERGURULAH LANGSUNG KEPADA AHLINYA.

Demikian pemaparan singkat yang dapat penulis uraikan. Semoga dengan pemaparan ini akan  ada hikmah yang bisa dipetik untuk suatu kemashlahatan kita, baik dalam pengenalan ilmu supranatural maupun manfaat lainnya.